BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Organisasi
Supaya
ada pengertian yang mendalam, sebelum menguraikan arti pengorganisasian (organizing) terlebih dahulu perlu
menyelidiki asal kata organizing itu sendiri. Organizing berasal
dari kata to organize dimana kata ini
berasal pula dari kata organ. Sedangkan
kata organ berasal dari istilah Yunani “organon”
dan istilah Latin “organum” yang
dapat berarti alat, bagian, anggota dan badan. Organ adalah suatu alat yang
digunakan untuk tindakan penting atau pencapaian tujuan. Organizing dalam manajemen merupakan fungsi kedua dimana apabila planning telah selesai dibuat diperlukan
adanya orang-orang yang melaksanakannya mengingat walaupun telah ada planning, tetapi apabila tidak ada orang
yang melaksanakannya, maka planning itu tidak ada artinya.
1. Menurut
Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudirjo, organisasi adalah struktur tata
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang
pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai
tujuan tertentu.
2. Wayne
K. Hoy dan Cecil G. Meskil, menelusuri kajian organisasi dalam tiga pandangan,
yaitu rational, natural, dan open sistem. Dalam pandangan sistem rasional
(logika) organisasi merupakan instrument formal yang dibuat untuk mecapai
tujuan organisasi dan struktur merupakan aspek yang paling penting/utama. Dalam
pandangan sistem natural (alamiah) organisasi dipandang sebagai kelompok sosial
khusus yang bertujuan untuk pertahanan : orang-orang merupakan aspek yang
paling penting/utama. Dalam pandangan sistem terbuka, organisasi adalah sesuatu
yang potensial untuk menggabungkan komponen rasional dan alamiah dalam satu
kerangka dan memberikan satu pandangan yang lebih lengkap.[1]
3. Menurut
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, organisasi ialah persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentuka dan dalam ikatan itu terdapat seorang
atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Dari beberapa
pengertian organisasi di atas, dapat disintesiskan bahwa organisasi adalah sekumpulan
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang terikat dalam struktur hubungan
kerja.
Organisasi selalu
diartikan sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan
sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin
dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) di mana terjadi
interaksi dan aktivitas antar individu, karena organisasi adalah perpaduan
sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan
dan tanggung jawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan
untuk memajukan organisasi, maka fungsi perorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk
menggerakkan sumber daya yang dimiliki organisasi diperlukan perorganisasian
sehingga menjamin sinergisitas dan keberlanjutan organisasi.
Perorganisasian (organizing)
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan
yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan
pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas
yang telah dibagi-bagi tersebut. Perorganisasian dapat dilakukan dengan cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,
bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan diambil.[2]
Fungsi perorganisasian
meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas
yang dibagi ke dalam fungsi, garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas
tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horizontal dan
vertical. Semua itu dapat memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi
yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.[3]
B.
Tujuan
dan Manfaat Organisasi
Tujuan organisasi berfungsi sebagai pedoman yang digunakan
anggota organisasi maupun kalangan luar organisasi untuk menilai tingkat
keberhasilan organisasi, efektivitas, dan efisiensi organisasi. Para ilmuwan
juga dapat menggunakan tujuan organisasi untuk dijadikan tolok ukur
keberhasilan dan perjalanan suatu organisasi. Tujuan organisasi mencakup
beberapa fungsi di antaranya memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan
keadaan masa yang akan datang yang senantiasa berusaha dikejar dan diwujudkan
oleh organisasi.
Tujuan organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa
datang yang senantiasa dikejar organisasi agar direalisasikan.
Sementara Liang Gie dalam Sagala (2007) menyatakan bahwa
tujuan organisasi menentukan bidang kerja, terutama mengenai macam serta volume
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Dengan demikian, tujuan
organisasi adalah menciptkan sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan
organisasi.[4]
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1.
Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian
tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2.
Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari
manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk
masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan
menciptakan generasi muda yang tangguh dan ksatria.
3.
Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan
hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4.
Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu
berkembang seiring dengan munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu.
Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang
nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.[5]
C.
Gejala-gejala
dalam Organisasi
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan
bersama. Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian
tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap
organ/alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan
dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi.
Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan
dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para
kadernya dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan
permasalahan yang ditemui. Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya
memiliki sistem (aturan main) yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan
program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau
peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk
patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit
ini berkembang dan meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya
penyakit-penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung
terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh
organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian.
Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan
kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.[6]
Beberapa penyakit di dalam organisasi, yaitu:
1.
Tujuan telah ditetapkan, namun
tidak dirumuskan secara jelas dan rinci.
2.
Aturan dan tujuan telah
ditetapkan, namun individu masa bodoh/tidak patuh pada aturan.
3.
Pembagian tugas dan wewenang yang
tidak tuntas, atau tidak jelas.
4.
Para pengambil keputusan yang
tidak memahami aturan dan tujuan organisasi.
5.
Mekanisme pengambilan keputusan
yang tidak matang, masih bersifat subyektif.
6.
Perasaan bahwa bidang/divisinya
yang paling penting.
7.
Tidak seimbangnya tanggung jawab dengan
wewenangnya.
8.
Semata-mata bekerja sesuai dengan
tugasnya saja tanpa kerjasama antar divisi/bidang.
9.
Merasa pintar alias sok tahu,
hanya menjadi penonton.
10. Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik,
tetapi malah menjadi penonton dan komentator.
D.
Kefektifan
Organisasi
Keefektifan organisasi
dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka
panjang dan jangka pendek.
1.
Pendekatan-pendekatan
Keefektifan Organisasi
a.
Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan
pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat
dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian
tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan.
Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam
mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan.
Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut
harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga,
tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus
ada consensus atau kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.
b.
Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan
sistem terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi
terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian
ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negatif
terhadap performa keseluruhan sistem.
Keefektifan
membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi
lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik
dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan
konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi
organisasi yang stabil.
c.
Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies
approach)
Pendekatan
konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda. Organisasi
diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang berkepentingan
bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini, keefektifan
organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana keberhasilan sebuah
organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak
yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya
di masa depan.
Dengan
mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para manajer mengurangi
kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah
kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi
secara nyata.
d.
Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values approach)
Nilai-nilai
bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan tentang
adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan tentang
adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa
berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi.
Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari
setiap daftar kriteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa
elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan
dasar mengenai nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu
membentuk sebuah model keefektifan yang unik.
E.
Perubahan
Organisasi
Organisasi
sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti
organisasi itu selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Organisasi mengalami perubahan karena organisasi selalu menghadapi berbagai
macam tantangan. Tantangan itu timbul sebagai akibat pengaruh lingkungan
(lingkungan organisasi). Yang dimaksud dengan lingkungan organisasi adalah
keseluruhan faktor yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi organisasi tersebut adalah luas, dan jumlahnya cukup banyak.
Dalam
arti luas, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan
intern dan lingkungan ekstern.
1.
Lingkungan Intern
Lingkungan
intern adalah keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi yang mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. faktor-faktor intern yang mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi antara lain :
a.
kebijakan
pimpinan
b.
Perubahan
tujuan
c.
Pemekaran/perluasan
wilayah operasi organisasi
d.
Volume
kegiatan yang bertambah banyak
e.
Tingkat pengetahuan dan keterampilan dari para
anggota organisasi
f.
Sikap dan perilaku dari para anggota
organisasi
g.
Berbagai
macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku dalam organisasi
2.
Lingkungan Ekstern
Lingkungan
ekstern adalah keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. Lingkungan ekstern tidak hanya mempengaruhi
organisasi tertentu, tetapi juga terhadap semua organisasi yang ada di masyarakat.
Faktor
faktor yang termasuk dalam lingkungan ekstern cukup banyak, diantaranya ialah :
1. Politik,
meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan,
organisasi-organisasi politik (kepartaian). pengertian politik dibedakan menjadi
3 macam, yaitu politik praktis (prachtische politic), yaitu cara
menjalankan dan mewujudkan politik dalam suatu negara/pemerintahan; politik
teori (teoretische politic), yaitu politik untuk pengajaran yang bersendi
atas pengetahuan dalam sosial struktur, dan kekuasaan politik (politic-match),
yaitu politik untuk mendapatkan pengaruh atau kekuasaan. Barangsiapa dapat
menguasai politik dalam suatu masyarakat atau negara, dialah yang mempunyai
kekuasaan untuk membuat hitam-putihnya masyarakat. Yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap organisasi adalah politik praktis dan kekuasaan politik.
2. Hukum,
meliputi semua ketentuan yang berlaku yang harus ditaati oleh setiap orang baik
secara individu maupun secara kelompok, mulai dari ketentuan hukum yang
tertinggi sampai dengan ketentuan hukum yang terendah.
3. Kebudayaan,
meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non-material. Kemajuan dalam bidang
teknologi modern melahirkan industri-indutri raksasa. Kebudayaan material
mengenal berbagai macam alat dan barang-barang yang cara kerjanya secara
mekanis, elektris, atau secara elektronis, merupakan faktor yang berpengaruh
cukup besar terhadap kehidupan organisasi. Dalam hal ini organisasi harus mampu
menyesuaikan diri dengan hasil kebudayaan tersebut.
4. Teknologi,
ialah segenap hasil kemajuan dan teknik perkembangan industri peralatan modern.
Ada pula yang memberikan definisi bahwa teknologi merupakan tindakan yang
dilakukan oleh orang terhadap suatu obyek dengan mempergunakan alat-alat yang
bekerja secara mekanis, elektris, maupun secara elektronis, untuk mengadakan
perubahan tertentu terhadap obyek tersebut.
5. Sumber alam,
meliputi segenap potensi sumber alam baik di darat, laut maupun udara berupa
tanah, air, energi, flora, fauna, dan lain-lain termasuk pula geografi dan
iklim.
6. Demografi,
meliputi sumber tenaga kerja yang tersedia dalam masyarakat, yang dapat
diperinci menurut jenis kelamin, tingkat umur, jumlah dan bagaimana sistem
penyebarannya.
7. Sosiologi,
adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam lingkungan kelompok atau ilmu
tentang masyarakat. Sosiologi sebagai salah satu faktor lingkungan ekstern
meliputi struktur sosial, struktur golongan, lembaga-lembaga sosial (bagaimana
sifat dan pengembangan lembaga-lembaga tersebut).
Dalam menghadapi
berbagai macam faktor yang menyebabkan perubahan, organisasi dapat menyesuaikan
diri dengan mengadakan berbagai perubahan dalam dirinya, antara lain :
1.
Mengadakan
perubahan struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu
komponen organisasi yang sering menjadi sasaran perubahan. Perubahan struktur
organisasi tersebut antara lain dapat dilakukan dengan jalan : menambah/mengurangi
personil/pegawai, menambah/mengurangi pejabat, menambah/mengurangi satuan
organisasi, mengubah kedudukan satuan organisasi, mengubah sistem
desentralisasi menjadi sentralisasi atau sebaliknya, mengadakan peninjauan
kembali tentang pembagian tugas, mengubah beberapa prinsip organisasi yang
dianggap perlu.
2.
Mengubah
sikap dan perilaku pegawai dengan mengadakan pembinaan, pengembangan,
pendidikan dan pelatihan pegawai.
3.
Mengubah
peralatan kerja sesuai perkembangan teknologi modern, pengembangan, pendidikan
dan pelatihan kerja.
4.
Mengadakan
perubahan prosedur kerja, meliputi :
a. Perubahan prosedur kerja dalam
penetapan kebijakan
b. Perencanaan
c. Pengorganisasian
d. Penggerakan
e. Proses pengendalian dalam
pengambilan keputusan.
[1] Tim Dosen Administrasi
Pendidikan, 2011, Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hla. 70
[2] Onisimus Amtu, 2011, Manajemen
Pendidikan di Era Otonomi Daerah, Bandung : Alfabeta, hal. 49
[3] Ibid, hal. 48
[4] Dr. H. Pudjo Sumedi As., SE., M.
Ed., 2010, Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta : Uhamka Press, hal. 6
[5] http://abdulwadudgunadarma.blogspot.com/2011/10/tugas-teori-organisasi-umum-tujuan.html