Selasa, 20 November 2012

Pengorganisasian : Pembahasan


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Organisasi
Supaya ada pengertian yang mendalam, sebelum menguraikan arti pengorganisasian (organizing) terlebih dahulu perlu menyelidiki asal kata organizing  itu sendiri. Organizing berasal dari kata to organize dimana kata ini berasal pula dari kata organ. Sedangkan kata organ berasal dari istilah Yunani “organon” dan istilah Latin “organum” yang dapat berarti alat, bagian, anggota dan badan. Organ adalah suatu alat yang digunakan untuk tindakan penting atau pencapaian tujuan. Organizing dalam manajemen merupakan fungsi kedua dimana apabila planning telah selesai dibuat diperlukan adanya orang-orang yang melaksanakannya mengingat walaupun telah ada planning, tetapi apabila tidak ada orang yang melaksanakannya, maka planning itu tidak ada artinya.
1.      Menurut Prof. Dr. Mr. S. Pradjudi Atmosudirjo, organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
2.      Wayne K. Hoy dan Cecil G. Meskil, menelusuri kajian organisasi dalam tiga pandangan, yaitu rational, natural, dan open sistem. Dalam pandangan sistem rasional (logika) organisasi merupakan instrument formal yang dibuat untuk mecapai tujuan organisasi dan struktur merupakan aspek yang paling penting/utama. Dalam pandangan sistem natural (alamiah) organisasi dipandang sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan : orang-orang merupakan aspek yang paling penting/utama. Dalam pandangan sistem terbuka, organisasi adalah sesuatu yang potensial untuk menggabungkan komponen rasional dan alamiah dalam satu kerangka dan memberikan satu pandangan yang lebih lengkap.[1]
3.      Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, organisasi ialah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentuka dan dalam ikatan itu terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disintesiskan bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang terikat dalam struktur hubungan kerja.
Organisasi selalu diartikan sebagai berbagai komponen yang disatukan dalam suatu struktur dan sistem kerja yang terus bergerak seirama dengan sasaran tujuan yang ingin dicapai. Organisasi tidak dipahami hanya sebatas wadah (tempat) di mana terjadi interaksi dan aktivitas antar individu, karena organisasi adalah perpaduan sumber daya manusia yang dikelompokkan berdasarkan struktur, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban dan berkepentingan untuk memajukan organisasi, maka fungsi perorganisasian mutlak diperhatikan. Untuk menggerakkan sumber daya yang dimiliki organisasi diperlukan perorganisasian sehingga menjamin sinergisitas dan keberlanjutan organisasi.
Perorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Perorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan diambil.[2]
Fungsi perorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi, garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horizontal dan vertical. Semua itu dapat memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.[3]

B.            Tujuan dan Manfaat Organisasi
Tujuan organisasi berfungsi sebagai pedoman yang digunakan anggota organisasi maupun kalangan luar organisasi untuk menilai tingkat keberhasilan organisasi, efektivitas, dan efisiensi organisasi. Para ilmuwan juga dapat menggunakan tujuan organisasi untuk dijadikan tolok ukur keberhasilan dan perjalanan suatu organisasi. Tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi di antaranya memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan masa yang akan datang yang senantiasa berusaha dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
Tujuan organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa datang yang senantiasa dikejar organisasi agar direalisasikan.
Sementara Liang Gie dalam Sagala (2007) menyatakan bahwa tujuan organisasi menentukan bidang kerja, terutama mengenai macam serta volume pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Dengan demikian, tujuan organisasi adalah menciptkan sejumlah pedoman bagi landasan kegiatan organisasi.[4]
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
1.        Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2.        Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan generasi muda yang tangguh dan ksatria.
3.        Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4.        Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengan munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.[5]

C.           Gejala-gejala dalam Organisasi
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap organ/alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi.
Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit-penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.[6]
Beberapa penyakit di dalam organisasi, yaitu:
1.        Tujuan telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci.
2.        Aturan dan tujuan telah ditetapkan, namun individu masa bodoh/tidak patuh pada aturan. 
3.        Pembagian tugas dan wewenang yang tidak tuntas, atau tidak jelas.
4.        Para pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan organisasi.
5.        Mekanisme pengambilan keputusan yang tidak matang, masih bersifat subyektif.
6.        Perasaan bahwa bidang/divisinya yang paling penting.
7.        Tidak seimbangnya tanggung jawab dengan wewenangnya.
8.        Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama antar divisi/bidang.
9.        Merasa pintar alias sok tahu, hanya menjadi penonton.
10.    Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik, tetapi malah menjadi penonton dan komentator.


D.           Kefektifan Organisasi
Keefektifan organisasi dapat didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
1.             Pendekatan-pendekatan Keefektifan Organisasi
a.         Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.
b.        Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan sistem terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negatif terhadap performa keseluruhan sistem.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.
c.         Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies approach)
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda. Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.
Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
d.        Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values approach)
Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya pengakuan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar kriteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan kumpulan dasar mengenai nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu membentuk sebuah model keefektifan yang unik.

E.            Perubahan Organisasi
Organisasi sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti organisasi itu selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Organisasi mengalami perubahan karena organisasi selalu menghadapi berbagai macam tantangan. Tantangan itu timbul sebagai akibat pengaruh lingkungan (lingkungan organisasi). Yang dimaksud dengan lingkungan organisasi adalah keseluruhan faktor yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi tersebut adalah luas, dan jumlahnya cukup banyak.
Dalam arti luas, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan intern dan lingkungan ekstern.
1.      Lingkungan Intern
Lingkungan intern adalah keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. faktor-faktor intern yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi antara lain :
a.         kebijakan pimpinan
b.        Perubahan tujuan
c.         Pemekaran/perluasan wilayah operasi organisasi
d.        Volume kegiatan yang bertambah banyak
e.          Tingkat pengetahuan dan keterampilan dari para anggota organisasi
f.              Sikap dan perilaku dari para anggota organisasi
g.        Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang berlaku dalam organisasi
2.        Lingkungan Ekstern
Lingkungan ekstern adalah keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Lingkungan ekstern tidak hanya mempengaruhi organisasi tertentu, tetapi juga terhadap semua organisasi yang ada di masyarakat.
Faktor faktor yang termasuk dalam lingkungan ekstern cukup banyak, diantaranya ialah :
1.      Politik, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan, organisasi-organisasi politik (kepartaian). pengertian politik dibedakan menjadi 3 macam, yaitu politik praktis (prachtische politic), yaitu cara menjalankan dan mewujudkan politik dalam suatu negara/pemerintahan; politik teori (teoretische politic), yaitu politik untuk pengajaran yang bersendi atas pengetahuan dalam sosial struktur, dan kekuasaan politik (politic-match), yaitu politik untuk mendapatkan pengaruh atau kekuasaan. Barangsiapa dapat menguasai politik dalam suatu masyarakat atau negara, dialah yang mempunyai kekuasaan untuk membuat hitam-putihnya masyarakat. Yang mempunyai pengaruh langsung terhadap organisasi adalah politik praktis dan kekuasaan politik.
2.      Hukum, meliputi semua ketentuan yang berlaku yang harus ditaati oleh setiap orang baik secara individu maupun secara kelompok, mulai dari ketentuan hukum yang tertinggi sampai dengan ketentuan hukum yang terendah.
3.      Kebudayaan, meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non-material. Kemajuan dalam bidang teknologi modern melahirkan industri-indutri raksasa. Kebudayaan material mengenal berbagai macam alat dan barang-barang yang cara kerjanya secara mekanis, elektris, atau secara elektronis, merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap kehidupan organisasi. Dalam hal ini organisasi harus mampu menyesuaikan diri dengan hasil kebudayaan tersebut.
4.      Teknologi, ialah segenap hasil kemajuan dan teknik perkembangan industri peralatan modern. Ada pula yang memberikan definisi bahwa teknologi merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang terhadap suatu obyek dengan mempergunakan alat-alat yang bekerja secara mekanis, elektris, maupun secara elektronis, untuk mengadakan perubahan tertentu terhadap obyek tersebut.
5.      Sumber alam, meliputi segenap potensi sumber alam baik di darat, laut maupun udara berupa tanah, air, energi, flora, fauna, dan lain-lain termasuk pula geografi dan iklim.
6.      Demografi, meliputi sumber tenaga kerja yang tersedia dalam masyarakat, yang dapat diperinci menurut jenis kelamin, tingkat umur, jumlah dan bagaimana sistem penyebarannya.
7.      Sosiologi, adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam lingkungan kelompok atau ilmu tentang masyarakat. Sosiologi sebagai salah satu faktor lingkungan ekstern meliputi struktur sosial, struktur golongan, lembaga-lembaga sosial (bagaimana sifat dan pengembangan lembaga-lembaga tersebut).
Dalam menghadapi berbagai macam faktor yang menyebabkan perubahan, organisasi dapat menyesuaikan diri dengan mengadakan berbagai perubahan dalam dirinya, antara lain :
1.        Mengadakan perubahan struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu komponen organisasi yang sering menjadi sasaran perubahan. Perubahan struktur organisasi tersebut antara lain dapat dilakukan dengan jalan : menambah/mengurangi personil/pegawai, menambah/mengurangi pejabat, menambah/mengurangi satuan organisasi, mengubah kedudukan satuan organisasi, mengubah sistem desentralisasi menjadi sentralisasi atau sebaliknya, mengadakan peninjauan kembali tentang pembagian tugas, mengubah beberapa prinsip organisasi yang dianggap perlu.
2.        Mengubah sikap dan perilaku pegawai dengan mengadakan pembinaan, pengembangan, pendidikan dan pelatihan pegawai.
3.        Mengubah peralatan kerja sesuai perkembangan teknologi modern, pengembangan, pendidikan dan pelatihan kerja.
4.        Mengadakan perubahan prosedur kerja, meliputi :
a.    Perubahan prosedur kerja dalam penetapan kebijakan
b.    Perencanaan
c.    Pengorganisasian
d.   Penggerakan
e.    Proses pengendalian dalam pengambilan keputusan.



[1] Tim Dosen Administrasi Pendidikan, 2011, Manajemen Pendidikan, Bandung : Alfabeta, hla. 70
[2] Onisimus Amtu, 2011, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah, Bandung : Alfabeta, hal. 49
[3] Ibid, hal. 48
[4] Dr. H. Pudjo Sumedi As., SE., M. Ed., 2010, Organisasi dan Kepemimpinan, Jakarta : Uhamka Press, hal. 6
[5] http://abdulwadudgunadarma.blogspot.com/2011/10/tugas-teori-organisasi-umum-tujuan.html

Pengorganisasian : Latar Belakang Masalah


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Keberadaan manusia di dunia ini tidak ada yang luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa dimana pun dan kapan pun manusia berada (berinteraksi) maka di situ muncul organisasi. Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai wadah organik dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud tertentu. Organisasi dapat diidentifikasi sebagai keluarga, rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, Negara, perserikatan dua Negara atau lebih, perserikatan bangsa-bangsa, dan lain sebagainya. Kemestian manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efisien, bukan semata-mata suatu kondisi yang kebetulan. Efektifitas dan efisiensi ini dapat digambarkan sebagai 100 sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memebersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihkan satu halaman.
Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga, masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan. Pada level Negara, tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, dan pada level sekolah dikenal dengan tujuan pendidikan di sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi.

B.            Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan organisasi?
2.      Apa tujuan dan manfaat dari organisasi?
3.      Gejala-gejala apa saja yang ditimbul dalam sebuah organisasi?
4.      Bagaimana keefektifan sebuah organisasi?
5.      Bagaimana perubahan organisasi itu terjadi?